LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN DI KAWASAN AGROPOLITAN DESA KARANG INDAH, KECAMATAN MANDASTANA, KABUPATEN BARITO KUALA, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
MATA KULIAH KAPITA SELEKTA
Oleh
JANAR KISAH
E1A107211
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
PENDAHULUAN
Jeruk siam banjar merupakan komoditas buah lokal andalan Kalimantan Selatan. Walau belum setenar nama jeruk pontianak, produksi jeruk siam banjar sudah mempunyai pangsa pasar di kota besar di Jawa seperti Surabaya dan Bandung. Siam banjar punya ciri khas tersendiri dan .dapat bersaing dengan buah jeruk daerah lain, bahkan produk impor. Di berbagai ajang kontes buah, siam banjar kerap memenangi kejuaraan (\Rvan, 2008).
Jeruk siam banjar banyak digemari karena jeruk ini memiliki kandungan air buah yang tinggi, sehingga mempunyai cita rasa buah manis dan segar. Performa fisik buah yang besar, kulit buah luar mengilap dan mudah dilepas dari dagingnya, serta warna buah matang kekuningan mengilap menjadikan buah ini menjadi pilihan konsumen (Rvan, 2008).
Di Kalimantan Selatan, pe-ngembangan komoditas jeruk siam banjar sudah ada sejak 2003. Empat kabupaten yaitu Barito Kuala, Banjar, Tapin, dan Hulu Sungai Selatan merupakan sentra pengembangan komoditas jeruk dan dicanangkan sebagai wilayah agropolitan. kini luas tanaman jeruk di Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 10.000 hektare. Pengembangan komoditas jeruk siam banjar terbesar berada di Barito Kuala dengan luasan tanam diperkirakan 7.094 hektare (Rvan, 2008).
Kegiatan pembangunan pertanian dalam arti luas (tanaman pangan & hortikultura, peternakan, perkebunan, perikanan & kelautan), diarahkan untuk mendukung keberadaan Kabupaten Barito Kuala sebagai daerah penunjang program ketahanan pangan nasional, yang saat ini berhasil menjadi daerah penghasil beras terbesar di Kalimantan Selatan (sekitar 20%). Program tersebut diimplementasikan melalui program unggulan daerah terpadu “Program Agropolitan” (SK Bupati nomor : 369 tahun 2003) yang di pusatkan pada kawasan daerah pengairan Terantang dan daerah pengairan Belawang, diikuti pengembangan beberapa kawasan sentra produksi, yaitu :
v Kawasan sentra produksi jeruk dan hortikultura lainnya berbasis padi, di Kecamatan Belawang, Barambai, Cerbon, Mandastana dan Marabahan.
v Kawasan sentra pengembangan sapi potong dan kambing berbasis padi dan palawija di Kecamatan Wanaraya dan Barambai
v Kawasan sentra kelapa rakyat di Kecamatan Tamban, Mekarsari dan Alalak
v Kawasan sentra perikanan dan kelautan di Kecamatan Tabunganen.
Untuk kawasan pusat pertumbuhan agropolitan ini, diharapkan sudah berkembang pesat tahun 2007 pada kawasan daerah pengairan Terantang dan Belawang. Sasaran progam pengembangan kawasan agropolitan antara lain :
v Kawasan sentra jeruk dari 2.400 ha akan dikembangkan menjadi 5.000 ha dengan rata-rata produksi 12 ton/hektar.
v Produksi padi dari 3,3 ton per ha menjadi 4,2 ton per ha dengan 2 kali tanam setahun.
v Populasi ternak sapi Bali saat ini sebanyak 5.860 ekor diproyeksikan menjadi 16.580 ekor.
v Terbinanya produk unggulan karakteristik daerah, khususnya komoditas pertanian dalam arti luas yang kompetitif dan berdaya saing tinggi.
v Terjadinya kerjasama kemitraan antara pengusaha dan petani, dimana peran masyarakat dan swasta berada pada posisi terdepan untuk melaksanakan pembangunan khususnya pembangunan pertanian, sedangkan pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dan regulator (Susanto , 2010).
Khusus untuk pengembangan jeruk, telah dikembangkan lahan perkebunan milik rakyat seluas ± 1.500 Ha, yang berada dalam satu kawasan hamparan, yaitu Desa Karang Indah, Karang Bunga dan Jejangkit (Kecamatan Mandastana), serta Desa Karang Dukuh (Kecamatan Belawang), melalui proyek pengembangan agribisnis hortikultura atau Integrated Horticulture Development in Upland Area (IHDUA), yang berasal dari dana bantuan Japan Bank International Cooperation (JBIC) dan dana APBN. Kabupaten Barito Kuala dinilai berhasil dalam mengembangkan proyek tersebut sehingga dijadikan sebagai daerah percontohan dalam mengembangkan tanaman jeruk, khususnya jeruk Siam Banjar. Kedepan, pengembangan lahan perkebunan jeruk Siam Banjar dalam rangka mendukung program agropolitan, akan dikembangkan seluas 5.000 Ha. Untuk merealisasikannya telah diperoleh dukungan dari pemerintah pusat (Departemen Pertanian) sebagai penyedia anggaran pembangunan kebun, dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai penyedia bibit. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala sebagai penyedia lahan kebun. Bahkan pemerintah provinsi akan memperjuangkan kepada pemerintah pusat untuk membangun pabrik pengalengan jeruk/buah di Kabupaten Barito Kuala. Selain itu, menyikapi era perdagangan bebas, Pemerintah Kabupaten Barito Kuala telah berupaya membina kelompok tani dalam hal peningkatan kualitas beras, antara lain dengan membuat kemasan beras Siam Unus dengan gambar Jembatan Barito, sehingga diharapkan mampu bersaing, baik di pasar lokal, regional maupun internasional. Sedangkan untuk pemasaran produk hortikultura, khususnya jeruk Siam Banjar, juga telah dikemas dalam Bakul Hias dari Purun, sebagai hasil kerajinan masyarakat (Susanto , 2010).
Tujuan diadakannya kunjungan Praktik Lapangan ini adalah untuk mengetahui wilayah-wilayah yang menjadi sentra produksi komoditas unggulan dibidang pertanian Kalimantan Selatan, serta mengetahui berbagai proses pengembangannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Komoditas Jeruk di kabupaten Banjar Kalimantan Selatan
a. Identitas Komoditas
Varietas jeruk yang dibudidayakan di Kabupaten Banjar didominasi oleh jeruk Siam Banjar, yaitu sekitar 95% dari total populasi. Hanya sebagian kecil petani membudidayakan varietas lain (seperti varietas lokal dengan nama daerah “Limau Kuit” dan “Limau Nipis”). Jeruk Siam Banjar sebagai komoditi unggulan di Kalimantan Selatan telah dikukuhkan melalui SK. Menteri Pertanian Nomor: 862/Kpts/TP.240/II/1998 tanggal 4 November 1998 sebagai buah unggulan nasional dengan diskripsi sebagai berikut:
Tabel 1 : Diskripsi Varietas Jeruk Siam Banjar
Uraian | Deskripsi |
Nama Daerah | Jeruk Siam Banjar |
Asal Tanaman | Kp. Sungai Madang, Desa Gudang Hirang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan |
Tinggi Tanaman | 3 – 3,75 meter |
Lebar Tajuk | 2,5 – 2,7 meter |
Bentuk Tanaman | Payung |
Percabangan | Melengkung ke atas |
Warna Batang | Kecoklatan |
Bentuk Batang | Bulat |
Lingkar Batang | 20 cm |
Warna Daun Bagian Atas | Hijau Muda |
Warna Daun Bagian Bawah | Hijau |
Lebar Daun | 3 – 5 cm |
Panjang Daun | 6 – 9 cm |
Tepi Daun | Bergerigi |
Bentuk Bunga | Seperti lonceng |
Jumlah Bunga/Tandan | 8 – 10 buah |
Jumlah Bunga jadi Buah | 6 – 8 buah |
Warna Buah : - Buah Muda - Buah Matang | - Hijau - Orange Kehijauan |
Bentuk Buah | Bulat agak gepeng |
Lingkar Buah | 22 – 24 cm |
Diameter Buah | 6,5 – 7,5 cm |
Tebal Kulit Buah | 1,3 – 1,7 mm Kulit yang tebal mudah dikupas |
Warna Daging Buah | Orange |
Jumlah Septa Tiap Buah | 10 – 13 |
Jumlah Biji Tiap Buah | 6 – 9 |
Berat Buah Utuh | 160 – 175 gram |
Berat Buah Kupasan | 150 – 165 gram |
Rasa Buah | Manis segar |
Aroma Buah | Lembut |
Sifat Buah | Tahan dalam pengangkutan |
Kandungan Air | 86,44% |
Batang Bawah | JC |
Produksi buah/pohon/musim | 500 – 600 buah |
Perbanyakan | Cangkok, Okulasi |
Ketahanan terhadap Hama | - Cukup tahan terhadap kutu daun jeruk (Aphids sp) - Tidak tahan terhadap Kutu Dompolan (Plano cocus citri) dan Kutu Medalion Jeruk (Aleuro canthus spiniferus) |
(Rvan, 2008).
b. Luas Tanam dan Pengembangan
Pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Banjar memang belum seluas sentra-sentra jeruk utama lain di Indonesia. Sampai awal tahun 2002, pengembangan areal kebun jeruk baru mencapai 721 Ha. Empat kecamatan di Kabupaten Banjar yang telah mengembangkan agribisnis jeruk diantaranya Kecamatan Astambul, Sungai Tabuk, Aluh-aluh dan Mataraman. Kecamatan Astambul dan Sungai Tabuk merupakan sentra utama jeruk Siam Banjar di Kabupaten Banjar. Pada tabel 2 berikut disajikan lokasi pengembangan agribisnis jeruk yang telah ada dan potensi pengembangannya pada tahun-tahun kedepan.
Tabel 2: Data potensi pengembangan jeruk Siam Banjar
No. | Kecamatan Sentra | Luasan (Ha) | Varietas yg di- kembangkan | Pertanaman | |||
Wilayah | Potensial Pengembangan | Luas (Ha) | Populasi (ph/ha) | Umur Tan (th) | |||
1 | Astambul | 17.684 | 6.590 | Jeruk Siam | 390 | 200-500 | 0 – 8 |
2 | Sungai Tabuk | 15.168 | 2.919 | Jeruk Siam | 149 | 200-500 | 0 – 5 |
3 | Aluh-aluh | 14.642 | 5.287 | Jeruk Siam | 89 | 200-500 | 0 – 8 |
4 | Mataraman | 23.804 | 17.331 | Jeruk Siam | 93 | 200-500 | 0 – 5 |
Jumlah | 71.098 | 32.127 | | 721 | | |
Tabel 3: Data panen dan produktivitas jeruk di wilayah sentra jeruk Kabupaten Banjar
No | Kecamatan | Varietas Jeruk | Bulan Panen | Puncak Panen | Rata-rata prod (ton/Ha) | |||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | |||||
1 | Astambul | Siam Banjar | | | | | | | | | | | | | 6,7,8 | 12,23 |
2 | Sungai Tabuk | Siam Banjar | | | | | | | | | | | | | 6,7,8 | 12,20 |
3 | Aluh-aluh | Siam Banjar | | | | | | | | | | | | | 6,7,8 | 12,28 |
4 | Mataraman | Siam Banjar | | | | | | | | | | | | | 6,7,8 | 12,19 |
(Rvan, 2008).
Bulan panen jeruk di Kabupaten Banjar berkisar pada bulan April hingga September. Puncak panen terjadi pada bulan Juni – Agustus (Tabel 3). Produksi buah jeruk/pohon/musim umumnya cukup tinggi yaitu mencapai 500 – 600 buah/pohon/ musim. Produktivitasnya mencapai 49,8 kg/pohon atau 124,53 kwintal/Ha. Jumlah tanaman yang sudah menghasilkan (umur 3 tahun lebih) mencapai 48% dari total populasi (Rvan, 2008).
Pada umumnya status kebun jeruk yang ada adalah milik petani. Kelompok usaha bersama berbasis jeruk di Kabupaten Banjar sudah terbentuk sebanyak 6 kelompok sebagaimana tabel 4.
Tabel 4: Nama Kelompok Tani berbasis Jeruk Di Kabupaten Banjar
No | Kelompok Tani | Desa/Kecamatan | Ketua |
1 | Ponang Rindang | Kaliukan / Astambul | M. yusuf |
2 | Harapan | Kaliukan / Astambul | H. Pauzani |
3 | Budi Utama | Lok Gabang / Astambul | Hartono |
4 | Suka Maju | Tambak Danau / Astambul | Jailani |
5 | Hidup Membangun | Lok Baintan Dalam/Sungai Tabuk | H. Ahmat |
6 | Sinar Baru | Sungai Tuan Ilir / Astambul | Amlan |
(Rvan, 2008).
Saat ini jumlah kios tani di Kabupaten Banjar berjumlah 41 buah, diantaranya 11 buah terdapat di Kecamatan Aluh-aluh, 10 buah di Kecamatan Sungai Tabuk, 8 buah di Kecamatan Astambul dan 3 buah di Kecamatan Mataraman. Koperasi tani di Kabupaten Banjar ada 16 buah, 6 diantaranya di Kecamatan Aluh-aluh dan 3 buah di Kecamatan Sungai Tabuk (Rvan, 2008).
Adapun profil usaha tani jeruk Siam Banjar di kabupaten Banjar secara lebih lengkap adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 5: Profil Usaha Tani Jeruk Kabupaten Banjar
No. | Uraian | Uraian |
1 | 2 | 3 |
ON FARM | ||
1. | Bibit | Lokal |
2. | Budidaya | Semi intensif |
3. | Pola Tanam | Umumnya dilakukan tumpangsari dengan padi dan palawija, jarak tanam 4-5 m x 10 m |
4. | Pemupukan | Pupuk kimia (pupuk majemuk NPK atau campuran Urea, SP-36 dan KCl) dengan dosis tergantung usia tanaman. Pupuk kandang diberikan 2 kali setahun, dosisnya tergantung usia tanaman. |
5. | Pemangkasan | Sebagian besar sudah melaksanakan pemangkasan bentuk, cabang dan tunas air, tetapi penjarangan buah umumnya tidak dilaksanakan. |
6. | Penyiraman | Umumnya dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dan pada saat musim kemarau. Air berasal dari sungai/sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari |
7. | Pengendalian OPT | Sebagian sudah menerapkan konsep PHT. Pestisida kimia masih digunakan dengan jenis dan dosisnya beragam |
8. | Sanitasi Kebun | Umumnya petani memperhatikan kebersihan kebunnya yaitu dengan melakukan penyiangan 2 – 3 kali setahun |
9 | Perlakuan Pembungaan | Belum pernah dilakukan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan petani |
10. | Panen | Dilakukan dengan dipetik (tangan/gunting stek). Waktu panen berkisar antara bulan April – September. Puncak panen bulan Juni, Juli dan Agustus. |
OFF FARM | ||
1. | Pengolahan | Produksi dalam bentuk buah segar. Sebagian sudah melaksanakan sortasi, grading dan packing. Grading dilaksanakan secara konvensional (mengukur dengan tangan). Alat grading ada di Kecamatan Astambul namun penggunaannya belum efektif. |
2. | Pemasaran | Rantai pemasaran umumnya dari petani ------> tengkulak/pedagang pengumpul (terkadang ke pedagang besar) ------> konsumen. Selain itu ada yang dari petani langsung ke konsumen |
3. | Harga | Grade A dan B dijual saat musim panen. a. Tingkat petani : Rp. 4.000-5.000/8 bh b. Tingkat pedagang: Rp. 6.000-7.000/8 bh c. Tingkat pasar lokal: Rp. 7.000-8.000/8 bh d. Tingkat Konsumen : Rp. 5.000-7.000/10 bh |
4. | Cara pemasaran | Sebagian besar bukan dalam bentuk tebasan namun dijual setelah panen |
5. | Analisa Kelayakan Usaha Tani per Hektar | Lampiran 2. |
Dukungan kelembagaan sangat penting dalam upaya pengembangan jeruk. Di Kabupaten Banjar. Adapun profil kelompok tani jeruk di Kabupaten Banjar sebagaimana tabel berikut (Rvan, 2008).
Tabel 6: Profil Kelompok Tani Jeruk di Kabupaten Banjar
No | Kecamatan | Jumlah Kelompok Tani | Jumlah Petani (orang) | Jenis Usaha |
1 | Astambul | 6 | 142 | Budidaya tanaman jeruk |
2 | Sungai Tabuk | 1 | 38 | sda |
Keberadaan penangkar benih jeruk di Kabupaten Banjar ada 6 orang. Umumnya mereka tidak tergabung dalam kelompok penangkar, namun melaksanakan usahanya secara perorangan. Penangkar-penangkar ini mendapat binaan dari BPSB dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Rvan, 2008).
Petani jeruk Kabupaten Banjar belum pernah menjalin kemitraan dengan perusahaan tertentu. Usaha agribisnis jeruk dikerjakan secara swadaya dan mandiri sejak budidaya hingga pemasarannya. Ada sebagian kecil petani desa Sungai Tuan Ulu Kecamatan Astambul yang bekerjasama dengan pedagang buah di Solo sejak tahun 1980 hingga sekarang. Namun kerjasama tersebut bersifat individual.
Tidak adanya perusahaan mitra yang menjalin kerjasama dengan petani karena perusahaan lokal yang bergerak disektor pertanian belum ada. Demikian juga pihak investor nasional dan asing belum ada yang menjalin kerjasama dengan petani jeruk Kabupaten Banjar. Maka dari itu, pemerintah Kabupaten banjar sangat berharap agar ke depan ada investor yang tertarik untuk menanamkan investasinya dalam agribisnis jeruk Siam Banjar (Rvan, 2008).
Potensi sumber daya manusia baik petani, kelompok tani maupun petugas cukup besar mengingat pengembangan jeruk siam banjar sudah berlangsung cukup lama. Umumnya petani cukup berpengalaman dalam usaha tani jeruk, namun tingkat pengetahuan, ketrampilan dan wawasan tentang budidaya jeruk baik petani maupun petugas relatif masih kurang dan perlu ditingkatkan melalui pembinaan intensif dan berkelanjutan baik dalam bentuk Diklat, magang ataupun studi banding ke sentra-sentra produksi yang telah berhasil (Syarif, 2007).
Pengembangan agribisnis jeruk Siam Banjar di Kabupaten Banjar sangat terbuka. Berdasarkan data yang ada, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banjar mencatat bahwasannya potensi pengembangan jeruk di Kabupaten Banjar seluas 32.127 Ha. Artinya 31.000 Ha lebih lahan pertanian yang dapat digunakan untuk investasi jeruk. Kondisi ini didukung oleh idealnya kondisi lahan dan agroklimat serta cukup tersedianya sarana infrastruktur (Syarif, 2007).
PEMBAHASAN
Praktikum lapangan ini dilaksanakan di kawasan Agropolitan desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan selatan, pada tanggal 19 desember 2010. Kawasan Agropolitan yang di kelola oleh Kelompok Tani Maju ini mulai direncanakan dan digalakan pada tahun 1999 merupakan kawasan percontohan (Demplot) dengan binaan Dinas Pertanian Barito Kuala, juga berfungsi sebagai sarana rekreasi sekaligus studi ilmiah, yang memiliki luas lahan ± 29 Ha. Komoditas yang ditanam terdiri dari jeruk varietas siam banjar, padi, dan beberapa jenis sayur-sayuran yang ditanam di sela tanaman jeruk, dan dikembangkan menggunakan sistem surjan. Sistem surjan merupakan teknik budidaya yang membagi lahan menjadi dua bagian, sebagian yang dapat digenangi air diperuntukkan bagi tanaman padi (sawah) dan bagian yang tinggi atau ditinggikan (tabukan/tembokan) dan tidak dapat digenangi air diperuntukkan bagi tanaman jeruk. Ukuran surjan di kawasan ini terdiri dari panjang = 150 m, lebar = 3 m dan tinggi = 50 m atau rata-rata 30 cm diatas permukaan air. Keistimewaan sistem ini dapat memberi peluang penghasilan agribisni tanaman buah-buahan tanpa mengabaikan produksi tanaman pangan.
Teknik budidaya yang digunakan di kawasan Agropolitan ini menggunakan terapan teknologi secara efektif dan efisien, sebagaimana yang sudah di tetapkan dalam peraturan dinas pertanian mengenai pengembangan jeruk dilahan pasang surut dan hal itu juga tak luput dari control oleh pemerintah Kabupaten setempat.
Berdasarkan observasi dilapangan didapat beberapa informasi mengenai teknik budidaya oleh masyarakat masyarakat setempat, yaitu
1. Bahan Tanam/Bibit
pada awalnya bahan tanam tanaman jeruk yang digunakan barasal dari perbanyakan secara cangkok, kemudian saat ini telah digunakan bahan tanam tanaman jeruk yang berasal dari perbanyakan secara okulasi. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi yang spesifik pada penelitian tentang tananaman jeruk dilahan pasang surut makin tahun makin meningkat. Bibit jeruk yang berasal dari okulasi terdiri dari gabungan dari dua varietas, untuk bagian batang bawah adalah varietas malang dan bagian atas adalah varietas siam banjar.
2. Pembuatan Lubang Tanam dan penanaman
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. tanah yang telah di gali di campur dengan pupuk kandang kemudian dilakukan penanaman dengan jarak antar barisan 5 m, dan jarak antar tanaman 7 m.
3. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK mutiara. Pemupukan dilakukan tiga kali dalan satu tahun. Pemupukan pertama dilakukan pada bulan juli/agustus, kedua dilakukan pada bulan januari/februari dan pemupukan ketiga pada bulan maret/april. Dosis pemupukan adalah 2 kg/pohon dan kapur 1 ton/Ha
4. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman mencapai tinggi 70 cm, dimulai dari cabang ke 3, 9, 27 dan kelipatan selanjutnya.
5. Pemberantasan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Kendala yang dihadapi dari penggelolaan jeruk dikawasan ini adalah iklim dan serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Iklim berpengaruh pada air yang menggenangi perkebunan sehingga tanaman layu dan mati disebabkan karena kondisi perakaran jeruk yang tidak tahan terhadap genangan air. Kendala serangan OPT yakni merambahnya penyakit Diplodia yang menyerang pada bagian batang tanaman menyebabkan gejala layu, kemudian mati. Kendala ini untuk sementara dapat dicegah dengan menggunakan bubur California yang dioleskan disekitar batang yang terjangkit penyakit tersebut.
6. Analisis Usaha Tani
Menurut Bapak Mulyosudarto selaku ketua kelompok tani setempat, dalam analisis usaha tani, tanaman jeruk berumur 4 tahun mampu menghasilkan produksi rata-rata 10 ton/Ha/satu kali panen. Demikian peningkatan panen tahun selanjutnya sampai mencapai puncak panen pada usia produktif 10 - 14 tahun. Kini tanaman jeruk di kawasan ini telah memasuki usia ± 10 tahun berarti telah menyambut masa-masa produktif jeruk tersebut. Dengan demikian pendapatan petani sedang dalam masa panen yang limpah.
Irvan, 2008. Budidaya Tanaman Jeruk siam di lahan pasang surut banjar. http//:flobamorforum.com. diakses pukul 21.34 tanggal 24 Desember 2010.
Susanto D, 2010. Jeruk Siam Banjar Bertahan di Tengah Anomali.. diakses pukul 21.46 tanggal 24 Desember 2010.
Syarif, 2007. Profil Jeruk di Kabupaten Banjar. http//:\nantibanjar/jeruk/siam/banjar.com 22.21 tanggal 24 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar